Jumat, 27 Maret 2009

Segelas Teh Pahit

Kehidupan tak pernah lepas dari permasalahan. Permasalahan yang terjadi menandakan bahwa seseorang masih hidup sebaliknya tak ada masalah yang terjadi dalam hidup menunjukkan kematian dalam hidup. Permasalahan yang terjadi biasanya kita anggap senagai suatu hambatan dalam menjalani hidup. Namun sesungguhnya permasalahan tak selamanya menjadi hambatan, hal ini terfokus dari sisi mana kita memandang permasalahan. Apakah dari sisi gelap atau sisi terang. Dari sisi gelap permasalahan menjadi sebuah hambatan bagi kita dalam hidup karena kita memandangnya secara 'gelap' dari sudut pandang namun dari sisi terang permasalahan menjadi sebuah semangat dan kesempatan dalam hidup. Semangat dan kesempatan dalam hidup justru dapat timbul dari permasalahan yang terjadi dalam hidup kita jika kita dapat memandang dengan bijak permasalahan yang dihadapi menggunakan sisi terang. Ibaratkan kita ingin meminum segelas teh namun gula untuk membuat rasa manis pada teh tersebut habis lalu apa yang harus dilakukan? Kita memiliki 'choice' yaitu sisi gelap dan sisi terang penyelesaian maslah. Jika kita memilih sisi gelap maka kita menganggap gula yang telah habis sebagai sebuah hambatan sehingga kita memilih untuk tidak meminum segelas teh saat itu meski kita sangat menginginkannya karena untuk membeli gula saja dirasakan sebagai beban yang berat. Sebaliknya jika kita memilih sisi terang maka kita memilih membeli gula untuk menggulai teh kita meskipun dalam proses membeli gula tersebut teh kita menjadi dingin namun kita dapat menghangatkannya kembali bukan dengan menambahkan air panas lagi setelah gula kita berikan dalam teh tersebut. Ini menunjukkan gula yang habis dapat menjadi sebuah harapan bagi kita untuk melakukan tindakan dalam meminum segelas teh dan kesempatan bagi kita agar tetap dpat meminum segelas teh. Dapatkah anda mengambil hikmah dari cerita segelas teh pahit ini? Renungkan dan lakukanlah apa hikmah yang anda dapatkan dari 'segelas teh pahit' ini. Selamat menikmati. YAKUSA!!

Kamis, 19 Maret 2009

SOLUSI TUNTAS MASALAH PUPUK Di INDONESIA; Sebuah Partisipasi KAHMI Nasional

Saatnya Petani Indonesia diuntungkan..........

"Tidak hanya persoalan kelangkaan pupuk tapi lebih dari itu persoalan distribusi sampai harga yang tidak memihak kepada petani."

KAHMI Nasional, Jakarta Selatan, Kabarindo- Menyadari pentingnya posisi pupuk saat ini dan dimasa mendatang, Pusat Kajian Pertanian (PUJITANI) Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), mengambil inisiatif untuk melakukan diskusi terbatas untuk membicarakan masalah pupuk, Kemarin Jum’at 16 Januari 2009 di Gedung KAHMI Center Jakarta. Hadir sebagai narasumber Dr. Zainal Soedjais (Ketua Dewan Pupuk Nasional), Ir. Sputnik, MM (Deptan), Darmayanto (Komisi IV DPR-RI) dan Suhanto (Ditjen Perdagangan Dalam Negeri. Dari diskusi ini muncul pemikiran yang bernas dan bermanfaat yang dapat disampaikan kepada pihak yang berwenang untuk dapat dilakukan. Diharapkan masalah pupuk ini dapat diatasi untuk paling tidak masa 20 tahun ke depan.

Sebagai input penting, maka kehadiran pupuk bagi usahatani dalam kondisi yang tepat waktu, jumlah, kualitas, dan tempat menjadi keniscayaan. Bila dimasa lalu kehadiran pupuk tidak begitu bermasalah, kini mulai bermasalah. Masalah timbul mulai dari produksinya, distribusi hingga penggunaan. Pada sisi produksi, bagaimanapun harus disadari pabrik pupuk yang ada di Indonesia sudah mulai menua dan umumnya akan bermasalah pada efisiensi produksi, bahkan ada yang sudah tidak beroperasi lagi secara penuh atau tutup (contoh pabrik pupuk Iskandar Muda). Pada sisi distribusi, sudah sering terdengar kelangkaan pupuk terjadi dimana-mana, atau pupuk bersubsidi hilang dari pasaran, atau di ekspor atau lari ke subsktor perkebunan. Seringkali terdengar distributor nakal yang gemar menumpuk pupuk untuk berspekulasi. Pada sisi penggunaan, telah ditemukan banyak sekali petani yang salah menggunakan pupuk, baik cara maupun dosisnya. Permasalahan seperti ini setelah era reformasi terus berulang dan cenderung meningkat.

Solusi yang diambil pemerintah bukannya tidak ada, namun ternyata tak mampu mengatasi masalah tersebut. Tercatat upaya membuat holding perusahaan pabrik pupuk sudah dilakukan, penentuan zona pemasaran, pelarangan ekspor pupuk, penentuan harga pupuk bersubsidi / harga eceran tertinggi, subsidi gas, peningkatan pengawasan, penyusunan kebutuhan pupuk petani / RDKK dan masih banyak hal lainnya. Namun masalah yang diuraikan di atas tetap saja berulang. Pertanyaan utamanya kemudian, adakah sesungguhnya solusi tuntas masalah pupuk atau paling tidak adakah solusi jangka pendek, menengah dan panjang tentang pupuk.

Beberapa ide dan pemikiran baru untuk mengatasi masalah pupuk diantaranya adalah : pengalihan subsidi kepada petani melalui sistem voucher / kupon, menugaskan kembali Perum Bulog atau PT. Pertani sebagai penanggungjawab distribusi pupuk, mengurangi penggunaan pupuk anorganik, beralih ke pupuk organik, menambah pabrik pupuk, mendirikan pabrik pupuk milik petani dll. Secara keseluruhan pemikiran ini perlu dikaji lebih jauh dan apakah dapat diimplementasikan untuk jangka yang cukup panjang.

Semoga Indonesia menjadi negara swasembada beras lagi dan pupuk tidak langka yah........?

Petani Jatim Mesti Gunakan Pupuk Organik

Kamis, 19 Maret 2009 | 21:34 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Ingki Rinaldi

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Para petani di Jatim ditargetkan untuk segera menggunakan pupuk organik. Gubernur Jatim Soekarwo, Kamis (19/3) menyebutkan pupuk organik harus menjadi bagian terbesar yang dipergunakan petani.

"(Nanti) hanya 35 persen bagi (penggunaan) pupuk anorganik," kata Soekarwo usai menghadiri pertemuan dengan puluhan petani di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Benih Padi Puspa Jabon, Kabupaten Mojokerto. Dengan demikian, konsentrasi terbesar yakni sebesar 65 persen total konsumsi pupuk petani harus berupa pupuk organik.

Ia menambahkan, fokus untuk mengg unakan pupuk organik terkait dengan buruknya kondisi tanah di sebagian besar wilayah pertanian di Provinsi Jatim. Selain itu, kembalinya petani pada penggunaan pupuk organik juga diharapkan bisa menjadikan petani lebih mendiri dari ketergantungan pada pupuk kimia produksi industri.

Nasib Petani di Negara Agraris ini

Assalamualaikum wr.wb
Sedikit tulisan yang tertuang pada lembar ini semoga dapat bermanfaat bagi teman - teman sekalian. Pernahkah terbersit dalam pemikiran kita, akan seperti apakah nasib para petani di negara kita 5 tahun mendatang, 2 tahun mendatang bahkan mungkin sekarang. Kesejahteraan hidup para petani saat ini sudah menunjukkan betapa tidak diperhatikannya nasib mereka apalagi beberapa tahun mendatang?
Mengapa hal ini dapat terjadi? Apa yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi hal ini? Ya seharusnya pemerintah lebih memperhatikan nasib para petani. Namun apakah saat ini hal tersebut dapat memberikan perubahan pada kesejahteraan petani? Apakah sudah terlaksana?
Biaya produksi semakin meningkat karena pupuk mahal, pemerolehan bibit mahal dan lain sebagainya membuat para petani semakin kesulitan dalam memproduksi hasil pertanian apalagi memperoleh keuntungan dari hasil produksi. Lahan pertanian yang semakin sempit karena penggunaan lahan untuk kepentingan beberapa pihak dalam mewujudkan ambisi mereka. Di sisi lain ada keinginan mencapai swasembada pangan mengulang sejarah para pendahulu, swasembada pangan seperti apa jika kondisi pertanian di negara kita seperti ini?