Kamis, 19 Maret 2009

SOLUSI TUNTAS MASALAH PUPUK Di INDONESIA; Sebuah Partisipasi KAHMI Nasional

Saatnya Petani Indonesia diuntungkan..........

"Tidak hanya persoalan kelangkaan pupuk tapi lebih dari itu persoalan distribusi sampai harga yang tidak memihak kepada petani."

KAHMI Nasional, Jakarta Selatan, Kabarindo- Menyadari pentingnya posisi pupuk saat ini dan dimasa mendatang, Pusat Kajian Pertanian (PUJITANI) Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), mengambil inisiatif untuk melakukan diskusi terbatas untuk membicarakan masalah pupuk, Kemarin Jum’at 16 Januari 2009 di Gedung KAHMI Center Jakarta. Hadir sebagai narasumber Dr. Zainal Soedjais (Ketua Dewan Pupuk Nasional), Ir. Sputnik, MM (Deptan), Darmayanto (Komisi IV DPR-RI) dan Suhanto (Ditjen Perdagangan Dalam Negeri. Dari diskusi ini muncul pemikiran yang bernas dan bermanfaat yang dapat disampaikan kepada pihak yang berwenang untuk dapat dilakukan. Diharapkan masalah pupuk ini dapat diatasi untuk paling tidak masa 20 tahun ke depan.

Sebagai input penting, maka kehadiran pupuk bagi usahatani dalam kondisi yang tepat waktu, jumlah, kualitas, dan tempat menjadi keniscayaan. Bila dimasa lalu kehadiran pupuk tidak begitu bermasalah, kini mulai bermasalah. Masalah timbul mulai dari produksinya, distribusi hingga penggunaan. Pada sisi produksi, bagaimanapun harus disadari pabrik pupuk yang ada di Indonesia sudah mulai menua dan umumnya akan bermasalah pada efisiensi produksi, bahkan ada yang sudah tidak beroperasi lagi secara penuh atau tutup (contoh pabrik pupuk Iskandar Muda). Pada sisi distribusi, sudah sering terdengar kelangkaan pupuk terjadi dimana-mana, atau pupuk bersubsidi hilang dari pasaran, atau di ekspor atau lari ke subsktor perkebunan. Seringkali terdengar distributor nakal yang gemar menumpuk pupuk untuk berspekulasi. Pada sisi penggunaan, telah ditemukan banyak sekali petani yang salah menggunakan pupuk, baik cara maupun dosisnya. Permasalahan seperti ini setelah era reformasi terus berulang dan cenderung meningkat.

Solusi yang diambil pemerintah bukannya tidak ada, namun ternyata tak mampu mengatasi masalah tersebut. Tercatat upaya membuat holding perusahaan pabrik pupuk sudah dilakukan, penentuan zona pemasaran, pelarangan ekspor pupuk, penentuan harga pupuk bersubsidi / harga eceran tertinggi, subsidi gas, peningkatan pengawasan, penyusunan kebutuhan pupuk petani / RDKK dan masih banyak hal lainnya. Namun masalah yang diuraikan di atas tetap saja berulang. Pertanyaan utamanya kemudian, adakah sesungguhnya solusi tuntas masalah pupuk atau paling tidak adakah solusi jangka pendek, menengah dan panjang tentang pupuk.

Beberapa ide dan pemikiran baru untuk mengatasi masalah pupuk diantaranya adalah : pengalihan subsidi kepada petani melalui sistem voucher / kupon, menugaskan kembali Perum Bulog atau PT. Pertani sebagai penanggungjawab distribusi pupuk, mengurangi penggunaan pupuk anorganik, beralih ke pupuk organik, menambah pabrik pupuk, mendirikan pabrik pupuk milik petani dll. Secara keseluruhan pemikiran ini perlu dikaji lebih jauh dan apakah dapat diimplementasikan untuk jangka yang cukup panjang.

Semoga Indonesia menjadi negara swasembada beras lagi dan pupuk tidak langka yah........?

Tidak ada komentar: